top of page

Pengayaan Rohani: Cara Berpacaran yang Alkitabiah

Banyak anak Tuhan mempertanyakan apa saja yang boleh dilakukan saat berpacaran? Pastor Ivan mengangkat topik ini pada ibadah pengayaan C4C pada 19 Maret 2022 melalui Google Meet. Topik ini adalah bagian dari topik besar tentang bagaimana orang percaya membangun dan membina hubungan.

Setiap anak Tuhan mutlak harus kembali kepada firman dan mencari apa yang Allah inginkan dalam hubungan yang ia jalani dengan pasangannya. Konsep berpacaran Kristen haruslah memiliki kejelasan tujuan dalam menjalin hubungan berpacaran. Apa tujuan awal kita menjalin hubungan dengan pasangan? Janganlah menjalani sesuatu yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Bila motivasi berpacaran hanyalah untuk bersenang-senang secara kedangingan, atau untuk pelarian dari suatu masalah psikologi, menghilangkan status jomblo/single atau lainnya, maka pacaran tidak patut dilakukan. Berpacaran / tunangan haruslah memiliki prinsip yang benar, yaitu bertujuan untuk menuju jenjang pernikahan.


Dalam berpacaran, sentuhan merupakan suatu hal yang penting dan merupakan salah satu hal yang juga termasuk dalam kategori “Love Language“. Sentuhan dapat menambah asmara / chemistry dari sebuah pasangan. Namun pada alkitab tertulis “Jangan kamu menggerakan cinta sebelum diinginya” atau “Not to awaken love until the time is right” (Kidung Agung 2:7). Artinya ketika berpacaran kita harus terlebih dahulu memunculkan komitmen dan tanggung jawab dalam berjalannya hubungan kita. Hal ini akan menimbulkan kebijaksanaan yang lebih dalam berhubungan sehingga kita tidak sembarangan dalam hal sentuh menyentuh atau berkontak fisik.


Berikut adalah 5 prinsip yang meletakkan landasan pacaran yang kudus:

  1. Pacaran sebaiknya dilakukan satu kali saja dengan tujuan untuk menikah.

  2. Utamakan buah-buah Roh dalam berpacaran.

  3. Berpacaran harus dengan menghormati orang tua.

  4. Berpacaran harus dengan menghormati gembala atau pimpinan rohani.

  5. Berpacaran harus dilandasi oleh kasih yang kekal.

Demikianlah, bahwa setiap anak Tuhan dituntut untuk memahami dan mempraktekkan kekudusan dalam semua aspek kehidupan mereka, termasuk tentunya juga dalam berpacaran.


bottom of page