top of page

Program Harvest International Curriculum


Trimester 3


Kelompok Sel Sesi 5 Dari 5


Topik Sesi 5 : Pemimpin-Pemimpin Besar di Gereja Berasal dari Seorang Anak

Bagian 1: Daftar Ayat Renungan


Lukas 16 : 12 “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”


Filipi 2 : 20-23 “Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya.”


Yohanes 10 : 11 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.”


Bagian 2: Topik Kuliah

Pendahuluan. Kita sudah belajar mengenai fungsi kelompok sel di gereja. Kelompok sel adalah satuan terkecil dari Tubuh Kristus, tetapi melalui kelompok sel tugas penggembalaan gereja bisa dilakukan jauh lebih efektif. Di kelompok sel kita melakukan penginjilan dan juga dapat membangkitkan pemimpin-pemimpin baru. Pada sesi terakhir, kita membahas prinsip dua belas dan pelipat-gandaan.


Perlu diingat bahwa kelompok sel itu terbentuk sebagai kelompok keluarga. Mereka beranggotakan dari kumpulan orang-orang tertentu, tetapi pada akhirnya bergabung membentuk suatu keluarga rohani. Setiap kali kelompok sel mengalami multiplikasi, maka jumlah keluarga bertambah. Alkitab sangat mementingkan konsep keluarga ini.


Mazmur 127 : 3-5 “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.” Kelompok sel membangun unsur kekeluargaan di dalam gereja, dan Allah membangun gereja-Nya dengan landasan keluarga Ilahi ini. Di dalam kelompok sel keluarga Allah saling melayani. Pemimpin kelompok sel bertindak seperti bapak rohani bagi anggotanya, sama seperti gembala gereja adalah bapak bagi jemaat gereja. Kepemimpinan model seperti ini mendorong setiap anggota agar terlibat dalam pelayanan, karena setiap anggota melihat figur kepemimpinan seorang bapak dalam keluarga rohani mereka. Di sesi ini kita akan membahas karakteristik-karakteristik dari mereka yang dapat menjadi pemimpin-pemimpin di gereja Tuhan.


1. Seorang Anak Bukanlah Orang Upahan. Rasul Paulus menulis tentang Timotius di Filipi 2 : 20-23 “Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya.” Paulus menjelaskan bahwa Timotius itu berbeda dengan orang-orang lain karena ia seperti seorang anak yang melayani bapaknya.


Pemimpin yang baik harusnya berasal dari seorang anak, dan bukan orang upahan. Seorang anak umumnya menginvestasikan hidupnya di rumah dalam keluarganya. Sedangkan orang upahan bekerja mengharapkan upahnya. Kita tidak bisa membangun rumah dengan orang upahan yang tidak memiliki visi dari si gembala gereja. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam setiap kelompok sel, dan hal-hal tersebut lebih bisa diatasi bila para pemimpin kelompok sel berasal dari seorang anak, dan bukan orang upahan. Contoh beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kelompok sel:

1.A. Kita harus melatih setiap calon pemimpin sel cara menghadapi serangan iblis. 1.B. Kelompok sel tidak boleh ijinkan pengajar lain datang tanpa seijin gembala. 1.C. Kelompok sel tidak boleh berubah bentuk menjadi wadah untuk pengumpulan uang. 1.D. Kelompok sel harus pastikan setiap pengajarannya bukanlah doktrin sesat.

Contoh tantangan-tantangan di atas bisa mendatangkan bahaya dalam perkembangan setiap kelompok sel. Kita akan mempelajari lebih jauh mengapa pemimpin kelompok sel yang berasal dari seorang anak merupakan pilihan yang lebih tepat guna memastikan keberlangsungan dan pelipat-gandaan gereja.


2. Perbedaan Antara Anak dan Orang Upahan. Yohanes 10 : 11 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.” Yesus mengajarkan bahwa orang upahan itu bukanlah orang yang tepat sebagai seorang pemimpin di gereja. Berikut adalah 12 perbedaan antara seorang anak dan orang upahan.

2.A. Seorang anak giat membangun rumah, sedangkan orang upahan hanya bekerja sebatas melayani di rumahnya. Seorang anak selalu memperhatikan bagaimana rumahnya dibangun dengan baik, tetapi orang sewaan tidak memiliki ikatan dengan rumahnya tersebut. Bila ada jemaat baru yang datang ke gereja, maka seorang anak rohani akan memperlakukannya setiap jiwa baru sebagai bagian dari bangunan gereja. Demikianlah seorang anak adalah orang yang kreatif dan penuh inisiatif dalam membangun rumahnya.

2.B. Seorang anak memiliki hati bapaknya, ia menganggap keberhasilan bapaknya adalah keberhasilan dia juga. Lukas 16 : 12 berkata, “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” Seorang anak diibaratkan adalah orang yang siap menerima warisan, sedangkan orang upahan mengambil warisan dan pergi. Ini kita bisa dapati sering terjadi karena hari-hari ini banyak orang ambisius yang mencuri jemaat-jemaat gereja lokal demi membangun gerejanya sendiri.

2.C. Seorang anak selalu berorientasi pada keluarga, sedangkan orang upahan berorientasi pada pelayanan atau pada permasalahan gereja. Seorang anak tidak akan ijinkan suatu permasalahan gereja memecah gereja tersebut. Sebaliknya orang upahan menganggap suatu permasalahan adalah salah satu bentuk hak yang dimilikinya yang harus dipertahankannya.

2.D. Seorang anak membahasakan dirinya sebagai bagian dari keluarganya, sedangkan orang upahan membahasakan dirinya sebagai seorang individu yang terpisah. Bila seorang pemimpin berbicara, perhatikanlah apakah ia menggunakan kata ganti “kita” dan “kami”, atau lebih menggunakan kata “dia” dan “mereka?” Pola ini dilakukan oleh Absalom saat ia ingin mencuri simpati orang Israel dari ayahnya, Raja Daud. 2 Samuel 15 : 3-4 “maka berkatalah Absalom kepadanya: ‘Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan engkau.’ Lagi kata Absalom: ‘Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil.’" Di sini Absalom membedakan dirinya sebagai “aku” dan Raja Daud disebutnya sebagai pihak lain. Tujuan Absalom di sini adalah untuk menunjukkan bahwa ia dibedakan dari ayahnya dan keluarga ayahnya.

2.E. Seorang anak menutupi kelemahan dari bapaknya, sebaliknya orang upahan akan membeberkan kelemahan tersebut. Di Kejadian pasal 9, anak Nuh yang bernama Ham menceritakan ketelanjangan bapaknya, tetapi Sem dan Yafet menutupi ketelanjangan bapaknya. Setiap pemimpin pastilah pernah berbuat kesalahan. Namun seorang anak akan tetap menghormati si pemimpin yang tidak sempurna tersebut daripada bersuka cita dan membeberkan kesalahan si pemimpin tersebut kepada orang lain.

2.F. Seorang anak mematuhi rantai komando kepemimpinan, sebaliknya orang upahan akan mempertanyakannya. Ketika pemimpin gereja menempatkan seseorang di atas kita, maka cara kita meresponinya akan menentukan bilamana kita adalah seorang anak atau orang upahan. Bila kita menghormati orang baru di atas kita itu, maka kita adalah seorang anak. Tetapi bila kita menolak untuk menurut dan bahkan mempertanyakan keputusan tersebut maka kita adalah orang upahan.

2.G. Seorang anak rindu berbagi hidupnya dengan bapaknya bahkan sampai ke generasi selanjutnya. Apapun yang menjadi visi dari sang bapak, maka seorang anak mengerti bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk meneruskan visi tersebut, dan bukan mengubahnya dengan visi mereka sendiri. Seorang anak bahkan akan terus mengemban visi tersebut sampai ke generasi penerus mereka.

2.H. Seorang anak akan mendekatkan jiwa-jiwa baru kepada bapaknya dan keluarganya, sedangkan orang upahan mendekatkan jiwa-jiwa baru kepada dirinya sendiri. Ketika ada jemaat-jemaat baru yang datang ke gereja, maka orang upahan akan mencoba membuat mereka tertarik hanya kepada dirinya saja. Rasul Paulus memberikan peringatan kepada para panatua di Efesus di Kisah Para Rasul 20 : 29 “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.” Orang upahan bersikap seperti serigala yang ingin memiliki jiwa-jiwa baru bagi dirinya sendiri.

2.I. Seorang anak fokus memperhatikan pelayanan pada jemaat, sebaliknya orang upahan lebih fokus pada penampilan diri mereka sendiri. Seorang anak pastilah sudah merasa aman dan nyaman dalam naungan bapaknya, sehingga ia tidak perlu melakukan usaha-usaha tertentu demi membuat bapaknya terkesan. Dengan demikian, perhatian si anak akan lebih tertuju pada bagaimana melayani kebutuhan jemaat. Tetapi karena seorang upahan tidak merasa aman dan terus menerus was-was akan posisinya, maka ia akan selalu mencoba menarik perhatian si pemimpin agar terkesan padanya. Ia akan meluangkan banyak waktu dan perhatian demi mendapatkan perhatian si pemimpin tersebut.

2.J. Seorang anak bercakap-cakap dari lubuk hati yang tulus, sebaliknya orang upahan memperkatakan apa yang memuaskan telinga orang lain saja. Orang upahan senantiasa menutupi perasaannya karena hatinya sering berkecamuk. Ia tidak akan berterus terang dan akan berupaya menutupi perasaannya yang sebenarnya. Tetapi seorang anak tidak merasa ada yang perlu disembunyikan dan merasa bebas menceritakan apa yang ada dalam hatinya.

2.K. Seorang anak tetap merasa aman meskipun sedang ditegur, tetapi seorang upahan akan menyalahkan orang lain. Ibrani 12 : 7 “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” Seorang anak mengerti bahwa ia memang seharusnya menerima teguran demi pembentukan karakternya. Tetapi seorang upahan tidak akan tahan saat didisiplinkan. Orang upahan cenderung akan menuding orang lain sumber permasalahannya. Ia melakukannya karena saat ditegur ia merasa ditolak. Tetapi seorang anak paham bahwa teguran itu tidak sama dengan penolakan. Salah satu cara menguji bila seseorang adalah anak adalah apakah ia tetap setia setelah ditegur.

2.L. Seorang anak datang seperti seorang bayi yang ingin bertumbuh dan belajar, sedangkan orang upahan datang seperti orang dewasa yang tidak mau belajar karena merasa sudah tahu segala sesuatu. Seorang anak tentunya akan banyak melakukan kesalahan, tetapi dalam diri mereka ada potensi besar untuk dilatih menjadi pemimpin. Sebaliknya orang upahan sulit untuk dibentuk lagi, sebab mereka sudah merasa mapan dalam segalanya.


3. Yesus adalah Anak yang Mengepalai Kita. Ibrani 3 : 6 “tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.”

3.A. Sikap Yesus terhadap Bapa. Matius 26 : 39 “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Yesus adalah seorang Anak bagi Bapa di sorga. Ia menempatkan kehendak diriNya sendiri di bawah kehendak Bapa.

3.B. Posisi jemaat dan gembala gereja. Demikian juga setiap anggota di gereja haruslah menjadi seorang anak. Tetapi ada gereja-gereja yang dipimpin oleh sebuah dewan, di mana si gembala harus tunduk kepada keputusan dari dewan. Dalam posisi seperti ini sang gembala tidak mampu mengarahkan gereja ke jalan-jalan yang baru sesuai dengan visi yang diterimanya. Si gembala tersebut bukanlah seorang bapak dalam rumahnya, bapak gereja itu adalah orang-orang yang duduk dalam dewan kepemimpinan di gereja. Struktur seperti ini sulit diterapkan, karena Allah memanggil seorang gembala dan memberinya visi bagi gereja, sama seperti Allah memanggil Musa sebagai pimpinan orang Israel.

3.C. Seorang gembala harus terus menerus mendapatkan arahan dari Tuhan. Musa naik ke gunungnya Tuhan, dan di situ Tuhan memberikan arahan bagaimana cara membangun Tabernakel-Nya. Demikian juga setiap gembala perlu naik ke gunungnya Tuhan. Ia harus terus berdoa dan berpuasa agar Tuhan dapat perlihatkan cara membangun gerejaNya sesuai dengan tuntunan di Perjanjian Baru, di mana mereka juga bertemu dari rumah ke rumah.

3.D. Dalam suatu kesaksian, Doktor Yonggi Cho pernah jatuh sakit karena kelelahan yang amat sangat sesudah ia membaptis 300 jemaatnya. Saat ia meminta para panatua untuk mengambil alih tugas penggembalaan, para panatua menolak sebab mereka merasa itu bukan tugas mereka. Setelah itu Doktor Yonggi Cho meminta kelompok wanita di gerejanya untuk membantu tugas penggembalaan. Pada saat itulah kelompok-kelompok sel mulai terbentuk, dan dalam 10 tahun gereja ini bertumbuh menjadi gereja terbesar di dunia dengan lebih dari 750 ribu jemaat yang terus setia berkumpul dalam kelompok-kelompok sel. Doktor Yonggi Cho bersaksi bahwa bahkan sekarang ini ia tidak memiliki banyak tugas, sebab hampir semua tugas pelayanan dan penggembalaan sudah diambil alih oleh mereka yang aktif dalam kelompok sel.


Penutup. Seorang anak adalah bagian penting dalam pertumbuhan gereja. Saat kita terus menerus saling bertemu dalam kelompok sel, maka kita akan mulai mengenali mana yang anak dan mana yang orang upahan. Kita tidak bisa mempertahankan seorang upahan, karena mereka sudah memiliki agenda pribadi. Kita tidak bisa membangun gereja dengan orang-orang upahan. Tetapi setiap anak itu berharga dan mereka adalah bagian dari bangunan setiap gereja. Setiap anak harus dilatih menjadi seorang pemimpin sel, dan kita harus terus mendorong pertumbuhan mereka dalam panggilan mereka, supaya setiap gereja Tuhan mengalami pelipat-gandaan.


Bagian 3: Diskusi Kelompok

1. Mengapa Allah sangat mementingkan konsep keluarga dalam kelompok sel? Jelaskan.

2. Apakah anda pernah mengenal orang-orang upahan di gereja atau kelompok sel anda? Apakah sikap mereka sama dengan apa yang dibahas dalam materi ini? Jelaskan.


bottom of page